Ketegangan Geopolitik dan Arus Investasi Asing: Peluang dan Tantangan dari Kacamata Kader Muda NU

Di tengah dunia yang semakin tidak menentu akibat ketegangan geopolitik antara negara-negara adidaya, Indonesia justru menghadirkan daya tarik tersendiri. Ketika hubungan ekonomi-politik Barat dan Timur memanas, seperti konflik Rusia-Ukraina, ketegangan China-Amerika, dan instabilitas Timur Tengah, para investor global mulai melirik kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia, sebagai zona aman dan menjanjikan untuk penanaman modal.

Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, belum lama ini menyatakan bahwa kondisi geopolitik saat ini justru mendorong derasnya arus investasi asing ke tanah air. Bagi banyak pihak, ini adalah angin segar bagi perekonomian nasional. Namun, di balik optimisme tersebut, ada sejumlah refleksi dan catatan kritis yang perlu dikedepankan, khususnya dari kalangan anak muda Nahdlatul Ulama (NU), generasi yang lahir dari rahim pesantren, tetapi menatap dunia dengan pandangan terbuka dan progresif.

Indonesia memiliki posisi geopolitik yang unik. Berada di tengah jalur perdagangan global, didukung stabilitas politik relatif baik, serta kekayaan sumber daya alam dan demografi yang luar biasa. Ketika negara lain dihantui oleh ketidakpastian, Indonesia menawarkan ketenangan. Bagi investor asing, ini adalah kombinasi langka yang menjanjikan. Akan tetapi, bagi kami, anak muda NU, ini adalah panggilan untuk bersiap. Tidak hanya menyambut, tetapi juga menjaga arah dan tujuan investasi agar tidak menyimpang dari cita-cita kebangsaan.

Investasi asing bukanlah semata perkara ekonomi dan pertumbuhan angka-angka. Bagi anak muda NU, yang dibesarkan dalam nilai-nilai rahmatan lil ‘alamin, investasi harus mendatangkan maslahat bagi seluruh elemen masyarakat, terutama kelompok yang selama ini berada di pinggiran pembangunan. Mereka adalah para petani, nelayan, buruh, dan pelaku UMKM.

Investasi seharusnya tidak sekadar membawa pabrik dan proyek infrastruktur, tetapi juga menghadirkan alih teknologi, peningkatan keterampilan tenaga kerja lokal, dan jaminan keberlanjutan lingkungan. Keadilan sosial harus menjadi kompas utama. Kita tidak ingin melihat kekayaan negeri ini kembali dinikmati oleh segelintir elit atau orang asing, sementara rakyat kecil hanya menjadi penonton di tanah sendiri.

Peran Strategis Kader Muda NU

Sebagai bagian dari generasi muda NU, kami percaya bahwa momentum ini adalah panggilan sejarah. Dunia sedang berubah. Indonesia menjadi pusat perhatian. Oleh karena itu, generasi muda, terutama santri, pelajar, dan profesional muda Nahdlatul Ulama harus mengambil peran. Entah sebagai pelaku industri kreatif, pengusaha digital, inovator hijau, atau pegiat sosial yang menyuarakan keadilan.

Kami tidak ingin hanya menjadi penonton pasif di era investasi global. Kami ingin menjadi pemilik saham masa depan bangsa. Dengan demikian, dibutuhkan pendidikan, pelatihan, dan kebijakan negara yang mendorong keterlibatan aktif pemuda dalam proses pembangunan. NU dengan jaringan pesantren dan lembaga pendidikannya harus menjadi pusat pemberdayaan ekonomi baru, bukan sekadar benteng moral.

Ketika banyak negara terjebak dalam konflik dan krisis, Indonesia harus mengambil sikap. Menjadi tuan rumah yang bermartabat bagi investasi global. Artinya, kita terbuka terhadap kerja sama internasional, tetapi tetap berpegang pada prinsip kedaulatan, etika, dan keadilan.

Anak muda NU siap berdiri di barisan depan. Kami tidak menolak investasi asing, tetapi kami ingin memastikan bahwa setiap rupiah yang masuk, setiap proyek yang digelar, dan setiap kebijakan yang dibuat berpihak kepada rakyat, menjaga alam, dan menumbuhkan semangat kemandirian nasional. Karena bagi kami, membangun ekonomi bukan sekadar menciptakan kemakmuran, tetapi juga menjaga martabat bangsa.

Penulis: Dwi Rahmatullah, Ketua PP IPNU Departemen Hubungan Internasional

Editor: Fahri Reza

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Skip to content