Banda Aceh, SiRekan
Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PW IPNU) Aceh menyampaikan keprihatinan mendalam atas peristiwa tragis yang menimpa Anis Maula (16), seorang santri di salah satu dayah di Pidie Jaya, yang ditemukan meninggal dunia diduga akibat pembunuhan oleh rekan sesama santri.
Ketua PW IPNU Aceh, Arifan Hendra, mengecam keras tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan pesantren tersebut. Ia menegaskan bahwa lembaga pendidikan, khususnya pesantren, harus menjadi tempat yang aman dan damai bagi para pelajar.
“Kami mendesak aparat penegak hukum agar mengusut kasus ini secara tuntas, profesional, dan transparan. Tidak boleh ada yang ditutupi. Keadilan bagi almarhum harus ditegakkan,” tegas Arifan dalam pernyataan tertulis yang diterima ipnu.or.id, Selasa (29/4/2025).
PW IPNU Aceh juga meminta jaminan keamanan bagi seluruh santri di Aceh. Arifan menyerukan agar seluruh pengelola pesantren meningkatkan pengawasan dan membangun sistem perlindungan yang lebih kuat terhadap para santri.
“Anak-anak ini adalah amanah orang tua dan aset bangsa. Pesantren harus menjadi tempat tumbuh kembang yang sehat dan penuh kasih,” ujarnya.
IPNU Aceh juga mengimbau masyarakat serta media massa agar bijak dalam menyikapi kasus ini, dengan tidak menyebarluaskan informasi yang belum terverifikasi dan tetap menjaga nama baik lembaga pendidikan tempat korban menimba ilmu.
“Kejadian ini harus menjadi pelajaran penting bagi semua pihak agar tidak terulang kembali. Santri adalah generasi penerus bangsa. Mereka wajib kita lindungi,” tambahnya.
Diketahui sebelumnya, Anis Maula ditemukan meninggal dunia di kawasan rawa tak jauh dari komplek dayah setelah dilaporkan hilang selama tiga hari. Aparat kepolisian telah menangkap terduga pelaku yang sempat melarikan diri ke Medan, Sumatera Utara. Proses hukum saat ini sedang berjalan.
PW IPNU Aceh menyatakan komitmennya untuk terus mengawal jalannya proses hukum guna memastikan keadilan bagi korban dan keluarganya.
Kontributor: Riza Marfian
Editor: Ikbar Zakariya