Kampoeng Pelajar Nahdlatul Ulama (KPNU) 2025: Nyala Jiwa Nahdliyyin Muda

Babat, SiRekan

Di tengah aroma tanah lapang yang menjadi medan beradu gagasan dan bakat, cerita kembali ditorehkan oleh anak-anak muda Nahdliyyin dalam sebuah helatan agung, Kampoeng Pelajar Nahdlatul Ulama (KPNU). Sebuah medan perjumpaan jiwa-jiwa muda yang haus ruang untuk tumbuh, berlomba, dan berpeluk dalam ukhuwah. (28-30 Juni 2025)

Tiga hari yang penuh gairah, diikuti oleh 13 Ranting dan Komisariat se-Anak Cabang Babat, ratusan peserta berkumpul di bawah langit Desa Gembong. Ada yang datang membawa semangat lomba cerdas cermat, ada yang bersiap menampilkan skill di arena futsal dan voli, ada pula yang menyiapkan keindahan harmoni dalam paduan suara dan tabuhan hadrah Al-Banjari. Sementara sebagian lagi, bersaing kreatif dalam lomba make up accessories (MUA), kreativitas tenda, bahkan permainan digital Mobile Legends yang juga dirangkul sebagai bentuk ekspresi kekinian santri.

KPNU adalah ruang silaturahmi yang hidup. Dalam sambutan pembukaannya, Ketua PAC IPNU Babat, Rekan Ghofur, menegaskan bahwa, “KPNU bukan sekadar tentang juara. Ia adalah jalan sunyi membangun ikatan emosional antara pengurus dan anggota, PR/PK maupun dengan pimpinan lainnya. Ia adalah mimbar syiar IPNU IPPNU, bahwa organisasi ini akan tetap relevan, tak lekang, tak lapuk oleh zaman. Ia adalah penjaringan kader, dan sekaligus ruang pendidikan karakter. Sportivitas dan solidaritas adalah nadi kegiatan ini.”

Sebuah pesan sederhana namun penuh makna: bahwa kita boleh bertanding, tapi tak boleh saling menjatuhkan. Kita boleh menang, tapi tak boleh melupakan pelukan setelahnya. Pesan yang bergema ke setiap tenda, ke setiap hati, seperti mantra yang meneguhkan arah gerak: juara adalah bonus, tapi persaudaraan adalah warisan.

Sambutan tak kalah menggugah datang dari Ketua Tanfidziyah MWCNU Babat, KH. Hamdan Fattah: “PAC IPNU IPPNU Babat tak henti-hentinya menciptakan ledakan besar dalam bentuk acara. Konsistensi yang luar biasa dan akan selalu kami dukung penuh setiap pergerakan mereka.”

Tepuk tangan membuncah, gema semangat membara. Sebuah restu dari sesepuh, yang menjadi penguat juga pengakuan akan kokohnya langkah anak-anak muda Nahdliyyin yang tak ingin tinggal diam di pusaran zaman.

Tepat saat matahari mulai merangkak naik, simbolis pembukaan KPNU dilakukan dengan penuh khidmat. KH. Hamdan Fattah memimpin penyulutan api semangat KPNU. Detik itu juga, puluhan smoke bomb menyala serentak, membumbung ke langit biru dengan warna-warna yang melambangkan harapan, perjuangan, dan keberagaman. Dentuman sorak sorai peserta menandai dimulainya episode baru perjuangan pelajar NU.

KPNU bukan sekadar event dua tahunan. Ia adalah ruang belajar hidup. Bahwa ukhuwah bukan hanya soal bersalaman, tapi juga menerima kekalahan dengan lapang dada, memberi semangat kepada rival, dan pulang membawa pelajaran yang tak tertulis di papan skor.

Malam hari kedua, KPNU mencapai titik kulminasi emosional. Di bawah langit yang tenang dan bertabur bintang, seluruh panitia dan peserta menerbangkan ratusan lampion. Bukan musyrik, bukan bid’ah—tapi simbol harapan, doa yang menyala, dan mimpi yang diterbangkan ke langit.

Di akhir acara, tak sedikit peserta dan panitia yang melepaskan tarikan bibir bahagia. Karena tahu, tiga hari ini adalah kisah yang kelak akan mereka ceritakan kepada zuriyah mereka. Bahwa dulu, mereka pernah menjadi bagian dari KPNU. Pernah berlomba, tertawa, letih, menangis, dan berdoa bersama-sama. Sebuah kobaran semangat, dan sebutir cahaya kecil yang menjadi pelita masa depan.

KPNU telah selesai. Tapi barangkali, ia takkan benar-benar selesai di ingatan kami dan di sekujur sejarah.

Kontributor: Tajul Arif Shohibul Wafa
Editor: Aji Santoso
Foto: Dok. PAC IPNU IPPNU Babat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Skip to content