Dalam Sunyi Maqbaroh, Nalar Kritis Kader Muda Babat Ditempa

Babat, SiRekan

“Santri itu bukan hanya soal sarung dan sorban, tapi tentang kesanggupan berpikir jernih dalam kerendahan hati dan mengabdi dalam keberanian.”
— KH Mustofa Bisri (Gus Mus)

Jombang, kota warisan para Ulama’, telah ditunjuk semesta untuk menjadi tempat kader-kader IPNU-IPPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama-Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama) menginvestasikan waktu dan pikiran mereka. Di sinilah, Pimpinan Anak Cabang IPNU-IPPNU Babat menanam benih-benih kader masa depan melalui LAKMUD (Latihan Kader Muda) yang bertajuk “Ekskalasi Pelajar NU Berlandaskan Aswaja Menguatkan Intelektualitas Kritis.”

Kegiatan ini berlangsung 29–31 Mei 2025, dan bukan kebetulan bila maqbaroh seorang muassis IPNU dipilih sebagai tapak awal pengkaderan. PAC IPNU-IPPNU Kecamatan Babat sukses menyelenggarakan kegiatan Latihan Kader Muda di area Maqbaroh KH Abdul Ghoni Farida, YPI Al-Hikmah Balongrejo, Sumobito, Jombang. Pada saat pembukaan, Ketua PAC IPNU Babat, rekan Abdul Ghofur, di depan para peserta yang penuh optimisme. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa LAKMUD bukan hanya ajang formalitas, tetapi wadah untuk membentuk kader berkualitas dan berintelektualitas kritis yang siap menghadapi tantangan zaman. “Pemilihan lokasi di maqbaroh KH Abdul Ghoni Farida adalah bentuk penghormatan kepada para pendiri, sekaligus sebagai sarana menanamkan nilai-nilai spiritual dan historis kepada para kader,” jelasnya.

Seleksi peserta dilakukan secara ketat. Dari 41 pendaftar yang berasal dari berbagai Pimpinan Ranting dan Komisariat di wilayah Babat dan dua peserta dari Kabupaten Madiun, hanya 30 peserta yang dinyatakan lolos.
Materi demi materi mengalir seperti sungai yang menyejukkan dahaga. Para peserta diajak untuk tidak hanya mendengar materi, tetapi juga memahami, mempertanyakan dan berdiskusi secara kritis. Aswaja bukan hanya dijelaskan, tapi dirasakan —sebagai metode berpikir yang bersumber dari cinta, kesabaran, dan kemauan untuk terus bertanya dengan adab.

“Yang harus terus dijaga dari NU bukan hanya organisasinya, tapi cara berpikirnya. Kritis, santun, dan berpihak pada keadilan.”
— KH Said Aqil Siradj

LAKMUD kali ini benar-benar menjadi episentrum lahirnya nalar-nalar yang segar. Di saat dunia digital menawarkan seribu jawaban instan, para kader LAKMUD belajar bahwa jawaban sejati lahir dari pertanyaan yang dalam dan pencarian yang jujur. Bahwa kritis bukan berarti nyinyir, nalar-nalar kritis ditumbuhkan bukan untuk membangkang, tapi untuk menyadarkan, bukan untuk melawan tradisi, tapi untuk menjaganya dari kedangkalan zaman.

Tujuan besar dari LAKMUD ini adalah membentuk kader yang berpola pikir kritis, kreatif, dan inovatif—mampu menjadi pelopor di tengah derasnya arus informasi yang kerap menyesatkan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah.
Dan ketika malam terakhir tiba, para peserta duduk bersimpuh di sisi maqbaroh. Mereka memanjatkan doa kepada Allah juga menyusun niat. Bahwa kelak mereka akan membawa NU ke langit yang lebih tinggi—bukan dengan teriakan, tetapi dengan pikiran yang jernih, jiwa yang bersih, dan langkah yang istiqamah.

Kontributor: Tajul Arif Shohibul Wafa’
Editor: Aji Santoso
Foto: PAC IPNU-IPPNU Kecamatan Babat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Skip to content