Di tengah perkembangan zaman yang semakin pesat, tantangan dalam menuntut ilmu juga semakin kompleks. Akses informasi yang melimpah di era digital membuat ilmu mudah didapat, tetapi di sisi lain, adab dalam menuntut ilmu justru semakin tergerus. Fenomena ini menjadi perhatian utama dalam kajian Lentera Ramadhan yang diadakan oleh PC IPNU IPPNU Nganjuk, yang mengupas kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim karya KH. Hasyim Asy’ari.
Kajian yang berlangsung setiap hari Senin dan Kamis di bulan Ramadan ini menghadirkan pemateri dari jajaran syuriyah PCNU Nganjuk, yaitu Kyai Abdul Wahab Qolyubi, yang dihadiri oleh setiap perwakilan Pimpinan Anak cabang dan Pimpinan Komisariat sesuai ketentuan yang telah diterima.
Tantangan Pelajar Masa Kini dalam Menuntut Ilmu
Pelajar masa kini tidak hanya menghadapi tantangan dalam memahami ilmu agama, tetapi juga harus beradaptasi dengan dunia digital. Berikut beberapa tantangan utama yang mereka hadapi:
1. Minimnya Penghormatan terhadap Guru
Kemudahan akses ilmu melalui internet sering membuat seseorang merasa bisa belajar sendiri tanpa bimbingan guru. Padahal, KH. Hasyim Asy’ari dalam Adabul ‘Alim wal Muta’allim menekankan bahwa keberkahan ilmu sangat bergantung pada adab kepada guru. Hal ini ditegaskan dalam ungkapan beliau:
وليعلم ان ذله لشيخ ه عزه وخضوعه له فخره وتواضعه له رفعته
“Hendaknya seorang pelajar tahu bahwa merendahkan diri di hadapan gurunya merupakan kemuliaan, tunduknya kepada guru merupakan kebanggaan, dan tawadhu’ di hadapannya merupakan keterangkatan derajatnya.”
(Adabul ‘Alim wal Muta’allim Karya KH. Hasyim Asy’ari)
2. Budaya Instan dalam Belajar
Banyak pelajar ingin cepat menguasai ilmu tanpa melalui proses yang panjang dan mendalam. Ini bertentangan dengan konsep talaqqi (transfer ilmu dari guru ke murid) yang telah menjadi tradisi dalam pesantren. Sebagaimana dalam karya Ta’lim Muta’allim karya Syekh Zarnuji disebutkan:
تمنيت أن تمسى فقيها مناظرا * بغير عناء والجنون فنون
“Kamu berharap menjadi seorang faqih dan ahli dalam membahas sebuah masalah tanpa kesulitan, dan ketahuilah gila itu banyak macamnya.”
3. Pengaruh Media Sosial terhadap Pola Pikir
Kemudahan akses informasi justru membuat sebagian pelajar lebih percaya kepada konten yang viral di media sosial daripada belajar dari kitab kuning dan ulama. Sebagian ulama mengingatkan:
مَ ن تعََلَّمَ بغِ يَ رِ شَ ي خ فشََ يخُه ُ شَ يطَا ن
“Barangsiapa belajar tanpa guru, maka gurunya adalah setan.”
Solusi dari Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim
Melalui Lentera Ramadhan, para peserta diajak untuk memahami kembali adab dalam menuntut ilmu sebagai solusi menghadapi tantangan zaman. Beberapa poin penting yang diajarkan dalam kajian ini antara lain:
- Menjaga niat dalam belajar
- Menghormati ilmu, guru dan ulama
- Kesabaran dalam belajar dan mengajar
- Memilih sumber ilmu yang jelas dan terpercaya
Kesimpulan: Menguatkan Adab sebagai Fondasi Keilmuan
Kajian dalam Lentera Ramadhan memberikan kesadaran bahwa tantangan zaman tidak bisa dihindari, tetapi bisa dihadapi dengan adab yang kuat. KH. Hasyim Asy’ari mengajarkan bahwa ilmu tanpa adab akan kehilangan berkah, dan seorang murid yang memiliki adab baik akan lebih mudah mendapat ilmu yang bermanfaat.
Sebagai santri masa kini, sudah seharusnya kita menyeimbangkan antara pemanfaatan teknologi dan penerapan adab dalam menuntut ilmu. Kajian kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim menjadi pengingat bahwa sehebat apa pun seseorang dalam ilmu, ia tetap harus beradab agar ilmunya membawa manfaat, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain.
NAMA : RIHAN APRIANTO
NO. HP : 081515019417
ALAMAT : NGRAMI – 001/001 – NGRAMI – SUKOMORO – NGANJUK
JABATAN : WAKIL KETUA BIDANG DAKWAH PC IPNU KABUPATEN NGANJUK
EDITOR : AJI SANTOSO