Marak Kasus Kekerasan, Ketua IPNU Sumbar: Tanda Krisis Moral dan Minimnya Literasi Generasi Muda

Padang, SiRekan
Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Sumatra Barat, Metra Wiranda Putra menyoroti maraknya kasus kekerasan dan penyimpangan sosial yang terjadi selama bulan Juni 2025 di Sumatra Barat. Ia menyebut kondisi ini sebagai peringatan keras akan lemahnya pondasi moral dan minimnya pendampingan terhadap generasi muda.

“Mulai dari kasus mutilasi sadis di Padang Pariaman, TPPO dan eksploitasi seksual terhadap perempuan muda di Pesisir Selatan, Persetubuhan anak dibawah umur di 50 kota, hingga persekusi terhadap perempuan di Pesisir Selatan, semua bukan sekadar rangkaian, ini cerminan krisis akhlak yang serius,” ujar Metra, Selasa (24/6/2025).

Menurut Metra, generasi muda saat ini berada di tengah arus deras digitalisasi dan perubahan sosial, namun belum cukup dibekali dengan nilai-nilai etika, adab dan literasi perlindungan diri. Ia menilai bahwa kegagalan dalam menanamkan pendidikan karakter menjadi salah satu faktor munculnya perilaku menyimpang dan kekerasan ekstrem.

“Anak-anak kita cerdas secara teknologi, tapi belum tentu cerdas secara moral. Ketika mutilasi bisa dilakukan remaja, ketika perempuan muda dijerat dalam prostitusi berkedok pekerjaan, ini menandakan kita sudah sangat darurat moral,” tegas Metra.

Lebih lanjut, Metra tidak akan tinggal diam. Organisasi pelajar ini akan mendorong pelaksanaan pelatihan edukasi bahaya kekerasan, literasi digital, serta penguatan karakter melalui forum pelajar di berbagai daerah.

“IPNU akan masuk ke sekolah, madrasah hingga pesantren. Kita ingin pelajar mengenal batas, tahu cara melawan ajakan yang menyesatkan dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai generasi bangsa,” kata Metra.

Metra juga mengajak pemerintah daerah, utama dinas pendidikan, dinas sosial, atau lembaga pengasuhan remaja untuk tidak hanya responsif saat kasus terjadi, tapi juga aktif dalam pencegahan dan pembinaan yang berkelanjutan.

“Banyak anak-anak terlantar secara emosional. Mereka butuh ruang aman untuk belajar, berdialog dan dibimbing. Kalau kita biarkan, mereka akan mencari pembenaran di tempat yang salah dan itu sangat berbahaya,” ujar Metra

Metra juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjadikan bulan Juni ini sebagai momentum evaluasi besar-besaran terhadap arah pembinaan generasi muda di Sumatra Barat.

“Kita tak ingin tragedi seperti mutilasi, eksploitasi seksual atau kekerasan remaja jadi berita rutin. Sumatra Barat dikenal sebagai daerah berada dan religius. Tapi jika kita gagal menjaga moral anak-anak kita, makan nilai-nilai itu hanya tinggal slogan,” pungkas Metra.

Kontributor: Hutami Febrianti
Editor: Achmad Subakti

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Skip to content