Pamekasan, SiRekan
Rangkaian kegiatan “Madrasah Media” berhasil digelar oleh PC IPNU-IPPNU Pamekasan yang bekerja sama dengan Media Pondok Jawa Timur (MPJ) Regional Madura Raya. Dalam rangkaian acara tersebut, Ketua Umum MPJ, M. Zainul Arifin, turut memberikan pesan mendalam terkait kewaspadaan dalam penggunaan media sosial, khususnya bagi para santri dan pengelola media pondok pesantren.
Dalam sambutannya, Zainul Arifin menyampaikan keprihatinan atas banyaknya konten yang memojokkan pesantren, terlebih pesantren yang berpaham ahlusunnah wal jamaah An-Nahdliyah.
Ia menyoroti fenomena penyebaran konten yang secara tidak langsung membuka celah bagi pihak luar untuk menyerang, mengomentari, dan bahkan merendahkan tradisi-tradisi pesantren yang selama ini dijunjung tinggi.
“Kita ini sedang disorot. Banyak dari kita yang percaya dengan keberkahan dan adab terhadap guru, sementara pihak luar melihatnya dari sudut pandang berbeda,” ujarnya.
Ia mencontohkan sebuah kejadian ketika seorang tokoh Madura merekam momen sowan ke salah satu kiai besar di Ponpes besar di jawa timur, yang kemudian diunggah ke media sosial.
“Padahal sowan itu hal biasa bagi kita, tapi ketika itu diunggah dan dilihat oleh mereka yang tidak paham, justru menimbulkan ribuan komentar negatif,” tambahnya.
Dirinya menegaskan bahwa tidak semua kegiatan di pesantren harus dipublikasikan. Ada hal-hal yang cukup disimpan sebagai dokumentasi internal, bukan untuk konsumsi publik.
“Seperti yang kemarin viral soal “The King of NU and The Queen of NU”, itu sebaiknya cukup untuk arsip, bukan untuk di-posting secara luas,” imbaunya.
Zainul Arifin menekankan pentingnya santri dan pengurus media pesantren untuk memahami konteks dan audien sebelum membagikan sesuatu ke ranah publik. Ia mengingatkan bahwa media sosial bukan hanya dikonsumsi oleh kalangan internal, tetapi juga oleh mereka yang tidak senang dengan eksistensi pesantren.
“Kalau kita salah langkah, yang kita anggap dakwah bisa jadi malah senjata makan tuan. Maka dari itu, teman-teman harus lebih bijak, lebih selektif, dan lebih strategis dalam bermedia,” tutupnya.
Pesan ini menjadi penegasan bahwa “Madrasah Media” bukan sekadar pelatihan teknis, melainkan juga pendidikan moral dan strategi dalam bermedia, untuk menjaga marwah pesantren dan tetap berdakwah secara elegan di era digital.
Pewarta: Asrafi
Editor: Fahri Reza