Tutup Tahun Madrasah, PP Inayatullah Sleman Gelar Ziarah Masyayikh

Sleman, SiRekan

Tak pernah ada kata akhir untuk setiap perjalanan panjang keilmuan yang penuh dengan terminal dan stasiun.

Pada tiap pemberhentian itu, kadang seseorang mesti sejenak beristirahat dan menyesapi perjalanan yang telah ia tempuh. Tak lupa, ia akan mengenang jasa-jasa para guru yang telah meniupkan ruh keilmuan pada dirinya.

Hal itu pula kiranya yang coba dipraktikkan oleh keluarga besar PP Inayatullah Sleman. Menutup kegiatan madrasah tahun ini, segenap santri, jamaah, asatidz, serta pengasuh menghelat kegiatan “Ziarah Masyayikh” pada Sabtu, 28 Juni 2025.

Sejatinya, rangkaian acara ini telah bermula sejak Jumat, 27 Juni 2025 yang bertepatan dengan tanggal 1 Muharram 1447 Hijriah. Pada hari Jumat pagi, pengasuh dan santri PP Inayatullah terlebih dahulu berbondong-bondong berziarah ke makam Habib Masyhur Al Hasni selaku muassis pondok.

Tradisi ziarah semacam ini tentu telah lazim berlaku di berbagai pesantren di Nusantara. Selain sebagai bentuk ngalap berkah alias tabarrukan, kegiatan ziarah juga bertujuan untuk memperteguh hubungan sanad keilmuan. Mata rantai ta’lim dan ta’allum tak boleh putus sekalipun terpisah oleh alam. Berbeda dengan hubungan guru dan murid di sekolah yang seringkali usai selepas lulus, pertalian antara santri dan kyai pesantren akan senantiasa langgeng daiman abadan.

Tahun ini, destinasi ziarah PP Inayatullah mencakup makam para masyayikh di wilayah Sleman dan Magelang. Panitia menyewa enam bus ukuran sedang sebagai armada angkut untuk para peserta. Pagi pukul 07.30 WIB, perjalanan dimulai dari PP Inayatullah menuju Makam Mbah Kyai Nur Iman Mlangi, Sleman. Mbah Nur Iman atau yang juga berasma Raden Sandeya merupakan figur penyebar IsIam di bumi Mataram yang masih memiliki darah kraton. Kurang lebih sekitar setengah jam rombongan melantunkan bacaan-bacaan tahlil dan doa di pusara putra Amangkurat IV itu.

Selanjutnya, rombongan bergerak menuju makam Kyai Chudlori Tegalrejo, Magelang. Bagi Kyai Chamdani Yusuf yang tak lain ialah pengasuh PP Inayatullah, berkunjung ke Tegalrejo serasa sebuah nostalgia.Beliau pernah menimba ilmu dari para masyayikh Tegalrejo yang terkenal kuat bertirakat sekaligus teguh dalam mendirikan sholat berjamaah. Selain itu, banyak di antara santri PP Inayatullah yang merupakan alumni Tegalrejo.

Seusai berziarah, rombongan beristirahat sejenak sembari menunggu tibanya waktu zuhur. Panitia menyediakan konsumsi makanan berat untuk dinikmati para peserta ziarah. Usai sejenak mengisi tenaga dan meregangkan otot raga, perjalanan berlanjut menuju makam Mbah Kyai Haji Raden Ma’shum, Punduh, Tempuran. Selepas tuntas membaca kalimat dzikir dan tahlil, rombongan bergeser ke makam Mbah Kyai Haji Asy’ari. Beliau juga merupakan salah seorang guru Kyai Chamdani Yusuf. Sebelum menginjak waktu ashar, prosesi ziarah di Tempuran berakhir sesuai jadwal.

Destinasi berikutnya yakni makam Mbah Kyai Nur Muhammad, Ngadiwongso, Salaman. Beliau merupakan sosok yang dekat dengan Mbah Kyai Dalhar, Watucongol, Muntilan. Keduanya konon dipertemukan saat sama-sama melakukan ibadah haji di Mekkah al mukarramah. Waktu yang kian menyenja mengantarkan rombongan menuju Watucongol. Makam para wali ini menjadi tujuan terakhir sebelum rombongan kembali ke PP Inayatullah.

Muhammad Abdul Khakim selaku ketua panitia ziarah mengucap syukur atas terlaksananya kegiatan dengan lancar. Selain itu, rundown yang telah panitia susun dapat berjalan on time tanpa molor. Ia pun mengapresiasi kinerja seluruh rekan panitia dan segenap pihak yang telah menyukseskan agenda tahunan PP Inayatullah tersebut.

Baginya, ziarah adalah bentuk khidmah kepada ilmu sekaligus guru. “Semoga tahun depan destinasinya bertambah. Biar wawasan tentang para ulama juga bertambah,” pungkas santri senior itu sumringah.

Kontributor: M. Khoirul Imamil M

Editor: Aji Santoso

Foto: Dok. PP Inayatullah Sleman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Skip to content