Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia seharusnya menjadi momen refleksi untuk mengenang jasa para pahlawan dan diisi dengan kegiatan positif bernuansa kemerdekaan. Namun, suasana haru dan bangga itu tercoreng oleh peristiwa tragis yang menorehkan luka mendalam.
Aksi demonstrasi di Gedung DPR RI, yang berlangsung sejak 25 hingga 29 Agustus 2025, menjadi saksi kegelisahan rakyat atas kondisi negeri yang dipenuhi kontroversi. Dalam orasi mereka, para demonstran menuntut agar DPR RI dibubarkan karena dianggap menyengsarakan rakyat. Di tengah penderitaan rakyat, para politikus justru terlihat berjoget, seolah menikmati kursi kekuasaan yang diperoleh lewat praktik kotor suap-menyuap suara.
Malam itu, jalanan sekitar DPR menjadi arena perlawanan. Suara lantang rakyat berhadapan dengan barisan aparat berseragam hitam. Namun tak ada sedikitpun respons dari para wakil rakyat. Yang tersisa hanyalah benturan antara rakyat dan aparat, seakan kepolisian lebih memilih berdiri sebagai benteng kekuasaan daripada pengayom rakyat.
Hingga akhirnya, sebuah kendaraan taktis Barracuda milik Brimob Polri melaju dengan kecepatan tinggi di tengah kerumunan. Seorang pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, terjatuh karena jalan yang licin dan berusaha menepi. Namun naas, Barracuda itu justru melindasnya tanpa ampun. Pertanyaannya: apakah pengemudi di balik kendaraan itu benar-benar tidak melihat? Atau pura-pura tidak peduli demi memenuhi kepentingan tertentu?
Yang lebih menyayat hati, alih-alih berhenti dan menolong, kendaraan tersebut justru melaju pergi, seakan tak terjadi apa-apa. Dimanakah tanggung jawab moral aparat yang seharusnya melindungi rakyat? Apakah dengan kabur, luka rakyat bisa terhapus begitu saja? Tentu tidak. Tragedi ini justru menyalakan bara tuntutan agar keadilan benar-benar ditegakkan di negeri yang mengaku demokratis.
Peristiwa ini mencederai perayaan kemerdekaan bangsa. HUT ke-80 RI yang seharusnya menjadi momentum kebanggaan bersama, justru dinodai oleh darah rakyat kecil yang mencari nafkah. Ungkapan maaf dari aparat maupun pemerintah tidak akan mampu menghapus duka ini. Rakyat akan terus mengawal proses hukum agar aparat yang bersalah benar-benar dihukum secara adil, tanpa rekayasa, tanpa alasan yang meringankan.
Doa terbaik kita kirimkan untuk almarhum Affan Kurniawan, seorang pejuang nafkah keluarga yang wafat di jalanan saat demokrasi dikhianati.
Selamat jalan, pejuang. Semoga Allah SWT menerima amal ibadahmu, mengampuni dosamu, dan menempatkanmu di surga-Nya yang mulia. Aamiin.
Penulis: Ryan Syarif Hidayatullah, Kader IPNU Bangkalan
Editor: Achmad Subakti