Jakarta, SiRekan
Menyambut 80 tahun kemerdekaan Indonesia, Wakil Bendahara Umum Pimpinan Pusat (PP) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Jung Muhammad Nur menyerukan pentingnya peran kader IPNU sebagai pelopor gerakan “Pelajar Merdeka”. Seruan ini disampaikan dalam bincang di Kantor PP IPNU, Jakarta, Sabtu (16/8/2025).
Alumni S2 Universitas PTIQ Jakarta ini menjelaskan, gerakan “Pelajar Merdeka” berfokus pada penguatan lima pilar karakter: religius, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas.
“Gerakan ini lahir sebagai respons atas tiga krisis generasi yang tengah dihadapi pelajar Indonesia,” katanya.
Meski angka kekerasan terhadap perempuan turun 12% pada 2024 (289.111 kasus), kekerasan dalam pacaran masih marak menimpa pelajar. Edukasi mengenai hubungan sehat, consent, serta pencegahan kekerasan dinilai mendesak, disertai kebijakan sekolah yang tegas, layanan konseling, dan mekanisme pengaduan yang jelas.
Kasus bullying juga meningkat tajam, dari 119 kasus (2020) menjadi 1.478 kasus (2023). Lonjakan ini menegaskan perlunya langkah komprehensif di sekolah dan pesantren. Sementara itu, data mengejutkan menunjukkan 80.000 anak di bawah 10 tahun sudah terpapar judi online melalui game di ponsel, dengan total 200.000 remaja di bawah 19 tahun terlibat.
“Fakta ini mempertegas urgensi literasi digital dan pengawasan orang tua, sebagaimana pernah diingatkan Menteri Komunikasi dan Digital RI, Meutya Hafid,” ujar Jung.
Ia menjelaskan, untuk menjawab tantangan tersebut, gerakan ini akan dijalankan secara kolaboratif di pesantren dan sekolah berbasis NU se-Indonesia. Beberapa program berbasis bukti telah terbukti efektif, di antaranya pendidikan karakter melalui ibadah pagi bersama, yang mampu menekan kasus bullying hingga 40%.
“Yang kedua, pelatihan “Safe Body”, yang meningkatkan keberanian pelajar melapor hingga 70% ketika diintegrasikan dengan layanan konseling sekolah,” terangnya.
Yang ketiga, lanjut dia, sistem “adaptasi” pesantren, yang sukses menurunkan bullying 60% dan berpotensi direplikasi di sekolah umum. Selanjutnya ada Koperasi Pelajar Digital, yang pertumbuhannya mencapai 200%, menjadi alternatif positif bagi aktivitas siswa.
Menurutnya, dengan pendanaan berkelanjutan dan evaluasi berkala, program-program ini diyakini dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan sehat bagi pelajar Indonesia.
“Kader IPNU harus tampil sebagai pembaharu melalui tiga langkah: Merdeka Berpikir, Merdeka Berkarya, dan Merdeka Memimpin. Ini adalah ikhtiar kita menyongsong Indonesia Emas 2045,” tegas Jung.
Ia juga mengajak seluruh kader dan pelajar untuk segera bergerak. “Mari wujudkan langkah besar ini! Luncurkan Gerakan Pelajar Merdeka di daerahmu, bentuk Satgas Anti-Bullying di pesantrenmu, dan siapkan kontribusimu bagi Semangat Kemerdekaan dalam Membentuk Pelajar Tangguh!”
Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Komisi Perlindungan Anak Indonesia, serta Kementerian Komunikasi dan Digital. “Kami berharap gerakan ini menjadi solusi nyata bagi berbagai masalah pelajar Indonesia,” pungkas Jung.
Kontributor: Achmad Subakti
Editor: Redaksi