PW IPNU IPPNU NTB Gelar Ziarah Makam Ulama, Menyambut Hari Santri Nasional dengan Spirit Tawasul dan Kepemimpinan

Mataram, SiRekan

21 Oktober 2025 — Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional ke-10.
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Pimpinan Wilayah Nusa Tenggara Barat menggelar kegiatan ziarah makam ulama sebagai bentuk penghormatan dan tawasul kepada para pendahulu yang telah berjasa dalam mengembangkan dakwah serta pendidikan Islam di bumi seribu masjid.

Ziarah tersebut dilaksanakan pada Selasa, 21 Oktober 2025, dengan mengunjungi tiga makam tokoh besar Nahdlatul Ulama di Nusa Tenggara Barat.
Pertama, makam Almarhum TGH. M. Saleh Hambali, yang berlokasi di Bengkel, Lombok Barat — beliau merupakan Rais Syuriah PWNU NTB periode 1953–1968.
Kedua, makam Almarhum Drs. H. Israil, Ketua PWNU NTB periode 1973–1985, yang dimakamkan di Karang Medain, Kota Mataram.
Dan ketiga, makam Almarhum Ir. H. M. Mahfudz, M.M., Ketua PWNU NTB periode 2007–2012, yang dikenal sebagai sosok pembaharu dalam gerakan Nahdlatul Ulama di era modern.

Kegiatan ziarah ini dimaknai sebagai tawasul awal sebelum memasuki masa kepemimpinan baru di lingkungan PW IPNU IPPNU NTB. Selain untuk mengenang jasa para ulama, kegiatan ini juga menjadi simbol penyambung ruh perjuangan dari masa ke masa — dari generasi pendahulu kepada generasi penerus.

Muhammad Iskandar Haris
selaku ketua PW IPNU NTB menyampaikan,

“Dalam perayaan Hari Santri yang ke-10 ini, kami berharap para santri Indonesia mampu menjadi generasi yang membawa masa depan bangsa menuju cahaya kemajuan. Santri harus hadir bukan sekadar sebagai pewaris nilai, tetapi sebagai pelaku perubahan yang menyalakan harapan.”

Hari Santri, lanjutnya, bukan sekadar peringatan seremonial, melainkan momentum untuk mengukuhkan jati diri santri sebagai agen perubahan dan penjaga moral bangsa. Masyarakat dan pemerintah menaruh harapan besar pada santri — agar terus menebar kedamaian, menegakkan keilmuan, dan menjaga keutuhan negeri.

Peringatan ini juga menjadi penegasan bahwa santri bukanlah simbol keterbelakangan, melainkan potret kemajuan. Dari pesantren, lahir gagasan besar dan semangat global: santri yang mendunia, berdaya, dan berakhlak mulia.

Dengan semangat Hari Santri Nasional 2025, gema zikir dan doa dari pusara para ulama menjadi pengingat bahwa perjuangan belum usai dan bahwa ilmu, adab, serta keikhlasan adalah warisan abadi yang harus terus dijaga oleh setiap santri di penjuru negeri.

Kontributor: Muhammad Iskandar Haris
Editor: Aji Santoso
Foto: PW IPNU Nusa Tenggara Barat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *