Mojokerto, SiRekan
Peringatan Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (HAKTP) dan Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia) menjadi momentum kolaboratif bagi Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kabupaten Mojokerto bersama Gusdurian Mojokerto dan Patriot Integritas Muda (PIM) Mojokerto. Kolaborasi tersebut diwujudkan melalui Deklarasi Antikorupsi, nonton bareng film dokumenter, serta Open Mic yang digelar di Pendopo Graha Majatama, Selasa (9/12/2025).
Kegiatan diawali dengan Deklarasi Komitmen Antikorupsi yang dipimpin Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Mojokerto, Eddy Taufiq, S.STP., M.KP., dan diikuti oleh berbagai organisasi kepemudaan. Deklarasi ini menjadi simbol dukungan bersama dalam memperkuat budaya integritas dan menolak segala bentuk praktik koruptif di Kabupaten Mojokerto.
Dalam sambutannya, Eddy Taufiq menegaskan bahwa korupsi kerap tumbuh dari kombinasi peluang, lemahnya pengawasan, serta keberanian yang luntur untuk menolak suap. “Korupsi itu tidak selalu berawal dari niat besar. Sering kali dimulai dari hal-hal kecil yang dianggap biasa karena pengawasan lemah dan tidak ada keberanian untuk berkata tidak,” ujarnya.
Rangkaian acara dilanjutkan dengan diskusi yang menghadirkan tiga narasumber dari latar belakang gerakan masyarakat sipil dan pemerintahan. Ketua TP PKK Kabupaten Mojokerto, Ning Shofiya Hanak Al Barra, membuka sesi dengan menyoroti urgensi perlindungan perempuan dan pentingnya membangun ruang aman sejak lingkup keluarga.
“Keluarga adalah ruang pertama yang harus aman bagi perempuan dan anak. Dari sanalah nilai penghormatan dan keadilan tumbuh,” tegasnya.
Pemantik berikutnya, Koordinator Gusdurian Jombang, Neng Emma Rahmawati, menekankan bahwa perjuangan melawan kekerasan dan korupsi harus berangkat dari nilai kemanusiaan. Menurutnya, “Ketika nilai kemanusiaan diabaikan, kekerasan dan korupsi akan mudah menemukan pembenarannya. Karena itu, keberpihakan pada martabat manusia harus menjadi fondasi gerakan kita.”
Sementara itu, Penyuluh Antikorupsi Ahli Muda Inspektorat Kabupaten Mojokerto, Wahyonin Tri Widyanto, S.E., memaparkan berbagai bentuk praktik korupsi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Ia mengajak generasi muda untuk berani menjadi agen pencegahan.
“Pemuda memiliki peran strategis. Mulailah dari kejujuran kecil, berani melapor, dan tidak permisif terhadap praktik yang menyimpang,” jelasnya.
Di sela kegiatan, Ketua PC IPNU Kabupaten Mojokerto, Yus Sahril Shobirin, menyampaikan bahwa kolaborasi ini merupakan wujud komitmen Pelajar NU Mojokerto dalam menanamkan budaya integritas sejak dini. “Kami ingin kesadaran antikorupsi dibangun sejak level pelajar agar tidak tumbuh budaya permisif di kemudian hari,” ungkapnya.
Senada, Ketua PC IPPNU Kabupaten Mojokerto, Ayunin Uswatun Chasanah, menilai momentum peringatan 16 HAKTP dan Hakordia sangat penting untuk mendorong keberanian pelajar dalam bersuara.
“Forum ini menjadi ruang belajar kolektif bagi pelajar, sekaligus ruang aman untuk menyuarakan keresahan dan memperjuangkan lingkungan yang bebas dari kekerasan maupun korupsi,” katanya.
Kegiatan kemudian berlanjut pada sesi Open Mic yang berlangsung interaktif. Peserta diberi ruang untuk menyampaikan pandangan, pengalaman, serta kegelisahan mereka terkait isu kekerasan dan integritas. Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya suara yang muncul secara spontan dan dialogis, menandakan isu tersebut sangat dekat dengan realitas generasi muda.
Rangkaian acara ditutup dengan penegasan bahwa gerakan antikekerasan dan antikorupsi tidak boleh berhenti pada forum seremonial semata. Penyelenggara berharap nilai dan semangat yang terbangun dapat terus dihidupkan di komunitas masing-masing, memperkuat jejaring kolaborasi masyarakat sipil, serta meneguhkan Mojokerto sebagai ruang yang berpihak pada kesetaraan dan integritas.
Kontributor: Muhammad Yafi Irfan Nurdin
Editor: Achmad Subakti
